HUJAN AKHIR TAHUN
Tak sepatah kata kutemukan meski sudah hampir limabelas menit aku menatap layar yang berpendar di depanku. Tadinya kupikir aku akan dapat menemukan puisi di tengah hujan akhir tahun yang mengguyur di depan jendela. Namun deranya yang terlalu deras justru mengganggu gelombang otakku. Aku tak dapat menangkap apa-apa dari guyurnya. Harusnya kuhentikan saja. Meninggalkan laptop dalam keadaan tetap menyala. Melakukan hal-hal lain seperti, menonton televisi atau menonton hujan saja. Tapi kenapa aku tetap duduk terpaku. Bahkan seolah suara hujan di luar sana datang terus dengan hardikan : TULIS PUISI, TULIS CERITA, TULIS APA SAJA
Selain layar yang terus berpendar, di depanku ada sebuah jendela bertirai kuning gading yang sedang terbuka. Tirainya menari-nari ditiup angin. Jendela itu menghadap sebuah taman yang kubikin dengan tanganku sendiri. Taman di depan rumahku yang bergaya tropis. Tapi temanku pernah berkata :
Mindahin hutan nih...ke depan kamarmu.
Di seberang tamanku ada sebuah jalan kompleks perumahan yang sepi. Kini aku sedang memandang ke jalan itu. Mataku terpaku di sana tapi tidak pikiranku. Pada air hujan yang terus menerus menerpa aspal. Bunyinya kian berdentam di kepalaku.
Pikiranku perlahan menyusun derap air membuat sebentuk manusia. Sedikit demi sedikit menjadi sesosok gadis kecil. Rambut diikat ekor kuda. Bergaun abu senada dengan warna aspal. Berkulit seputih kelopak Spatyphylum. Wajahnya, menyungging senyuman dengan tatap yang ramah. Namun ada setitik duka di pupilnya. Sedang bertanya pada diriku :
Boleh aku singgah di kamarmu. Aku kedinginan di luar sini. Sebentar lagi hujan menghanyutkanku ke kali. Boleh ?
Bogor, 1208
biarkan puisi ini dalam lemariku
BalasHapusbiar saja dalam hati dan hilang
semoga tiada siapa juga yang tau
tapi bagaimana agar mereka mengerti aku
manakala puisi ini hanya sendiri..
Bermimpilah seluas samudera hatimu,
dan menjadikan mimpi itu menjadi kenyataan
seorang pujangga yang mampu melahirkan kata ia mampu berucap
“Tiada yang paling bernilai pada sebuah kejayaan selain sebuku usaha"
daripada jadi kena debu mari kita coba berkarya dalam sebuah buku cetak
• cukup kirimkan semua karya ke alamat ini
sastra_antropologi@yahoo.com
karya akan diseleksi sehingga dapat mencapai
suatu tujuan yang baik bagi sipembaca yang Insya Allah akan dicetak dan dibukukan.
terimakasih atas partisipasinya
"Kalau Bukan Kita Siapa Lagi"
jangan pernah takut untuk melangkah
untuk pengiriman naskah harap dalam format word
Keterangan Lebih Lanjut : http://lembahkasih.page.tl
Nice poem. I like it much.
BalasHapusKawan, terimakasih telah datang, mengapresiasi tulisan yang ada di bilik kecilku ini. Semoga menjadi semangat dan inspirasi.
BalasHapus