SELAYANG BAYANG

SELAMAT DATANG

adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.

Kamis, 05 April 2012

CELOTEH


MENGALAHKAN SANG WAKTU

Film : WRATH OF THE TITANS. Warner Bros Picture


Setelah mengalahkan Kraken, Perseus, sang manusia setengah dewa memilih untuk menyingkir dari peperangan antara manusia dan dewa. Dia ingin menjadi manusia normal dan membesarkan anaknya Heleus di sebuah desa nelayan. Namun ketenangannya terusik oleh kedatangan Zeus sang Ayah yang sedang berperang melawan Kronos, yang notabene adalah kakeknya sendiri. Dewa yang selalu membawa tongkat petir itu meminta Perseus membantunya. Kronos yang sedang ditawan di Tartarus hendak berkuasa kembali atas manusia (penghuni Titan ). Dan ini adalah berarti kiamatnya dunia manusia.

Perseus awalnya bersikukuh tak mau ikut karena tak ingin meninggalkan anak laki-lakinya yang piatu. Tapi Zeus mengatakan bahwa Perseus justru diajak melawan Kronos adalah demi masa depan. Yang berarti juga masa depan Heleus anaknya.

Dikisahkan pada akhirnya Perseus bahu membahu dengan Andromeda dan Agenor, anak Poisedon menembus Tartarus. Mereka ditemani oleh Hephaestus. Hephaestus adalah sang pembuat tongkat Zeus, Hades, dan Poisedon. Salah satu syarat untuk memenangkan pertempuran dengan Kronos adalah menyatukan ketiga tongkat para dewa itu. Dan Hephaestus juga lah yang tahu jalan menuju Tartarus di mana Kronos ditawan. Di mana Zeus juga sedang ditawan oleh Hades ( dewa penguasa Tartarus, dunia kelam ) yang bersekutu dengan Ares ( dewa perang ) untuk diserap kekuatannya oleh Kronos. Hades dan Ares telah berhasil dipengaruhi oleh Kronos.

Filosofi menarik di cerita yang ditulis dari mitologi Yunani oleh Warner Bross. Picture dan difilmkan dengan sutradara Jonathan Leibesman ini adalah perjuangan manusia melawan Kronos, symbol Sang Waktu. Perseus, kualitas manusia setengah dewa lah yang dapat mengalahkan Sang Waktu. Bukan dewa seperti Zeus, Hades atau Poseidon. Selain itu, dalam sebuah adegan, Hephaestus yang juga seorang arsitek pembuat Tartarus menunjukkan sebuah jalan labirin yang penuh dengan tipuan dan berbahaya. Sebelumnya dia menunjukkan sebuah “peta” yang dia buat di dalam sebuah bola dunia. Di dalam bola dunia "peta" itu berbentuk cakra, lingkaran waktu. Betapa untuk melawan Sang Waktu itu membutuhkan sebuah kemampuan yang lebih, jalan yang rumit, berbahaya dan penuh tipuan.

Film lanjutan dari Clash of The Titan ( 2010 ) ini sangat memanjakan imajinasi akan dunia mytologi Yunani. Munculnya mahluk-mahluk seperti Pegasus ( kuda terbang ), Cyclops ( raksasa bermata satu ), Setan-setan anak buah Kronos  dan monster-monster lain dapat menjadi hiburan yang seru untuk ditonton.




Bogor 0412

Kamis, 29 Maret 2012

PUISI


MARET, SUATU SIANG YANG MENDUNG


Maka pergilah jiwa-jiwa bersayap putih itu ke langit berselimut awan-awan. Berputar menari-nari, menari-nari bersenandung riang gembira. Baginya nyata sudah pengembaraan tiada akhir, tiada akhir. Bahwa semesta yang diamanatkan adalah bumi dengan lengkung pelangi. Dengan hujan dan badai. Dengan terik mentari gurun merana. Dengan misteri hutan hujan. Dengan kedalaman rahasia isi hati manusia.



Bogor, 1203

Kamis, 22 Maret 2012

PUISI


KETINGGIAN INI



Ketinggian ini membuatku gamang
Akan matahari yang begitu dekat
Kabut tiba-tiba memekat
Tanah berpijak goyah
Dan angin meniup deras

Ketinggian ini aku dekat dengan mu
Sejauh tangan menjangkau
Sedekat jiwa meraih
Aku memahami mu

Terima kasih telah kau berikan aku sayap
Membuatku terbang tiada henti
Melawat negeri-negeri antah berantah
Menengok rembulan
Memeluk mentari

Namun aku adalah manusia
Yang seharusnya melata
Menanam benih
Berpeluh darah
Memeluk bumi

Ketinggian ini membuatku gamang
Ketinggian ini membuatku ingin pulang





Bogor 1203

Rabu, 21 Maret 2012

PUISI


( tanpa judul )




berakhir sudah Requiem in D Minor, K 626 - Dies Irae
mata masih menatap layar berpendar
tak pergi ke mana

malam mengintip dari luar
kipas angin menari-nari
juga pikiran ini




Bogor 1203

Senin, 12 Maret 2012

PUISI


PEMANDANGAN


Siang tadi
Pemandangan luntur oleh hujan
Bak lukisan cat air kanak-kanak




BOGOR 1203

Selasa, 14 Februari 2012

CELOTEH


YANG TERCATAT DI DINDING

( coretan entah puisi entah apa namanya yang begitu saja tertuang di dinding facebook saya )





ditemani secangkir kopi, hujan di luar jendela, memejam mata....
*9 Februari 2012


dongeng masa kecil dulu, konon, bumi berdengung di malam hari. Sebentar aku mau mendengarkan itu.
*9 Februari 2012


secangkir kopi menatap hujan
*10 Februari 2012


Matahari pagi tersenyum. Juga dirimu
*12 Februari 2012


ku pikir puisi telah pecah di jalanan. digilas kendaraan. ditendang pejalan kaki. dibakar matahari. disiram hujan. mengalir ke gorong-gorong. mengendap dalam sampah.

maukah kau menemukannya
*13 Februari 2012


Sedang menikmati cinta dalam secangkir kopi dan senja yang basah. Karena cinta ada setiap hari. Pada matahari. Pada embun pagi. Pada hujan. Pada senyuman. Pada gelap malam. Pada bintang gemintang. Pada bumi. Pada apa saja. Utamanya pada diri sendiri.
*14 Februari 2012

Selasa, 31 Januari 2012

PUISI


J A N U A R I


Membacamu bak menebak 
Cuaca Januari

Mendung berduyun melingkupi
Namun hujan tak jua turun

Sesaat matahari terik menyalak
Tiba-tiba gerimis mendera

Jalanan basah dan becek
Udara penuh sesak uap air

Malam dingin menyekap
Esok tiada menjanjikan apa-apa

Sementara ku terus berjalan
Sambil bersedia payung
Atau mengenakan mantel hujan






Bogor 1201

Selasa, 24 Januari 2012

PUISI


SEPERTI TUHAN

Dia seperti Tuhan
Dia tahu aku begitu memujanya
Tapi dia diam saja
Dan ketika aku diam
Tiba-tiba dia berkata
Hai apakah kau lupa diriku


Bogor 1201

Kamis, 19 Januari 2012

PUISI


GARIS-GARIS MAYA


Silang sengkarut garis-garis maya
Bertemu di satu titik
Saling menjerat, saling berpagut
Lalu pecah ke berbagai arah
Kian jauh dari pokok, kian jauh dari ingatan

Garis-garis maya pembawa pesan
Melesat bak pendar cahaya
Tinggalkan jiwa termangu
Pesan hilang ditelan jaman
Makna runtuh menjadi puing

Warna-warni garis-garis maya
Elok nian bak pelangi
Lupa sumber, lupa asal muasal
Selarik garis putih
Rumah alam semesta purba



Bogor 1201