DERITA DI HARI SUCI
Sekali lagi. Situasi yang berulang. Kemarin, layar televisi memberitakan rusuhnya pembagian daging kurban di beberapa kota. Sebelumnya, Idul Fitri menyisakan berita korban tewas atas rusuhnya pembagian Zakat Fitrah. Timbul tanya, ada apakah ? adakah sesuatu yang salah ?
Dulu saya beberapa kali pernah menjadi amil / panitia pembagian zakat serta pembagian daging kurban. Keadaannya jauh dari yang diberitakan di media akhir-akhir ini. Sejauh yang saya alami, semua ( meminjam istilah pada jaman orde baru ) aman dan terkendali. Karena kami selalu mendata berapa muztahiq yang akan menerima. Yang menyesuaikan dengan jumlah zakat atau hewan qurban yang hendak dibagi. Para muztahiq dibagikan kupon yang telah disesuaikan dengan jumlah zakat atau kurban. Atau lebih tertib lagi kalau amil sudah mendata tempat tinggal dan rumah-rumah para muztahiq. Jadi, zakat atau daging kurban diantar langsung kepada yang berhak. Dulu kami juga menghitung sekitar duapuluh persen untuk kelebihan. Berjaga-jaga kalau-kalau ternyata muztahiq tiba-tiba bertambah. Persoalan yang akan timbul harusnya telah dapat dibaca dan dicarikan solusinya
Tapi yang menjadi berita belakangan menjadi sebuah pertanyaan, ada apakah ? Adakah para amil tak dapat memperhitungkan jumlah muztahiq ? Adakah para amil salah dalam mengkoordinir para muztahiq ? Adakah para muztahiq yang tak mau diatur ? Adakah jumlah zakat kini tak cukup bagi kaum miskin ? Atau ini sebuah taktik kotor para provokator untuk mendiskreditkan pihak-pihak terntentu ? Kaum muslim yang selalu punya hajat besar seperti ini, misalnya. Para amil, agar tak tampak profesional, misalnya. Pemerintah yang bertanggung jawab terhadap kemiskinan, misalnya.
Ah, pertanyaan akan terus mengemuka sebelum ada jawaban jelasnya. Dan jawaban apapun bisa terjadi. Ini telah menjadi pekerjaan rumah bersama yang harus segera diselesaikan. Agar tak semakin runyam nantinya.
Bogor, 0812
Tidak ada komentar:
Posting Komentar