MALAIKAT YANG DATANG PAGI-PAGI BERSAMA HUJAN
Kusambut uluran tangannya saat butiran hujan pertama musim ini menyapa genting. Bersama sulur-suluran merambat, memancang pasak-pasak tiang besi dingin hatiku. Tetes itu menggumpal pada bulu-bulu daunnya lalu mengendap lelap
Malaikat yang datang pagi-pagi bersama hujan
Berbisik
Mendesir
Merengkuh
Merayu
Perak gumpal embun larut bersama hujan
Berpeluk
Berdekap
Bersatu
Dalam diri berdialog tanpa pelita. Hanya hati yang menyala, berpendar, mengisi kisi-kisi rongga tubuh. Membawa kehangatan riuh titik-titik hujan di pagi hari
Kabar bening dari Sang Empunya semesta berdenting. Cobaan dan anugrah hanya dari Sang Perkasa. Diam dan larutlah dalam butir-butir hujan membasuh sedih dan
gembira hatimu.
Bagaimana aku memahami bahasanya sedang gelisah selalu saja menyerbu, mendera.
Sedih dan gembira tiada beda karna hanya Dia Sang Empunya.
Malaikat yang datang pagi-pagi bersama hujan menghibur dan bernyanyi di hatiku.
2008
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-taman Rahasia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar