MALAIKAT YANG DATANG PAGI-PAGI BERSAMA HUJAN
Kusambut uluran tangannya saat butiran hujan pertama musim ini menyapa genting. Bersama sulur-suluran merambat, memancang pasak-pasak tiang besi dingin hatiku. Tetes itu menggumpal pada bulu-bulu daunnya lalu mengendap lelap
Malaikat yang datang pagi-pagi bersama hujan
Berbisik
Mendesir
Merengkuh
Merayu
Perak gumpal embun larut bersama hujan
Berpeluk
Berdekap
Bersatu
Dalam diri berdialog tanpa pelita. Hanya hati yang menyala, berpendar, mengisi kisi-kisi rongga tubuh. Membawa kehangatan riuh titik-titik hujan di pagi hari
Kabar bening dari Sang Empunya semesta berdenting. Cobaan dan anugrah hanya dari Sang Perkasa. Diam dan larutlah dalam butir-butir hujan membasuh sedih dan
gembira hatimu.
Bagaimana aku memahami bahasanya sedang gelisah selalu saja menyerbu, mendera.
Sedih dan gembira tiada beda karna hanya Dia Sang Empunya.
Malaikat yang datang pagi-pagi bersama hujan menghibur dan bernyanyi di hatiku.
2008
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-taman Rahasia
SELAYANG BAYANG
SELAMAT DATANG
adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.
Sabtu, 25 Oktober 2008
PUISI
..MALAM, CINTA
Malam gerah
Peluh luruh pada
Kening, punggung, bulan
Yang sebentar lagi habis
Pintu kamar diketuk
Tuk, tuk, tuk kubuka
Selamat malam, nama saya Cinta
Kedinginan di luar
Boleh saya berteduh di bilikmu
Cinta berbalut malam menggigil
Cinta, kenapa aku
2007
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-taman Rahasia
Malam gerah
Peluh luruh pada
Kening, punggung, bulan
Yang sebentar lagi habis
Pintu kamar diketuk
Tuk, tuk, tuk kubuka
Selamat malam, nama saya Cinta
Kedinginan di luar
Boleh saya berteduh di bilikmu
Cinta berbalut malam menggigil
Cinta, kenapa aku
2007
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-taman Rahasia
PUISI
MADU
Kesesap madumu ketika kujumpa kau di belantara warna warni bunga memesona. Kau diam, lalu tersenyum dan berkata “lagi dan lagi”
Lalu puja dan puji kudendangkan.
“Suaramu parau,” katamu.
Aku diam
Kuterbang berkeliling taman di antara putih awan bergulung-gulung
Kau diam, lalu tersenyum dan berkata “kembalilah lagi untuk maduku”
Aku mengangguk setuju
2005
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-taman Rahasia
Kesesap madumu ketika kujumpa kau di belantara warna warni bunga memesona. Kau diam, lalu tersenyum dan berkata “lagi dan lagi”
Lalu puja dan puji kudendangkan.
“Suaramu parau,” katamu.
Aku diam
Kuterbang berkeliling taman di antara putih awan bergulung-gulung
Kau diam, lalu tersenyum dan berkata “kembalilah lagi untuk maduku”
Aku mengangguk setuju
2005
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-taman Rahasia
PUISI
BROMO
Simpan kitabmu, jangan hanya tenggelam pada kata-kata, kalimat-kalimat, bunyi-bunyi yang tak kau mengerti. Lari, carilah aku. Yang bersembunyi di balik gelap malam, di atas awan-awan putih kelabu, di pucuk-pucuk pinus, terik matahari, tai-tai kuda, di balik sarung, dingin menyekap.
Ayo lari, kejar aku, berpacu di atas debu.
Lihat, anak-anak kecil tertawa melihatmu.
Terhuyung-huyung di pagi buta
2005
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-Taman Rahasia
Simpan kitabmu, jangan hanya tenggelam pada kata-kata, kalimat-kalimat, bunyi-bunyi yang tak kau mengerti. Lari, carilah aku. Yang bersembunyi di balik gelap malam, di atas awan-awan putih kelabu, di pucuk-pucuk pinus, terik matahari, tai-tai kuda, di balik sarung, dingin menyekap.
Ayo lari, kejar aku, berpacu di atas debu.
Lihat, anak-anak kecil tertawa melihatmu.
Terhuyung-huyung di pagi buta
2005
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-Taman Rahasia
PUISI
RAHASIA
Tersuruk-suruk ku menempuh rimbamu. Berbalut malam, berselimut embun, merayap di tanah gelap. Menjalar pepohonan batang-batang berlumut bergelantung akar.
Berdarah-darah ku menembus belantaramu. Luka tercabik duri sembuh karena getah lalu biru memar terantuk batu.
Kupikir ku telah menyapamu saat hati sepi. Masihkah kau sembunyikan rahasia ketika ku telah lelah.
2007
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-taman Rahasia.
Tersuruk-suruk ku menempuh rimbamu. Berbalut malam, berselimut embun, merayap di tanah gelap. Menjalar pepohonan batang-batang berlumut bergelantung akar.
Berdarah-darah ku menembus belantaramu. Luka tercabik duri sembuh karena getah lalu biru memar terantuk batu.
Kupikir ku telah menyapamu saat hati sepi. Masihkah kau sembunyikan rahasia ketika ku telah lelah.
2007
Catatan : Puisi ini dipersiapkan untuk sebuah anthology : Taman-taman Rahasia.
Senin, 20 Oktober 2008
PUISI
POHON JAMBU
Pohon jambu tetanggaku ditebang
Sekarang ku dapat melihat bulan
Di ujung teras depan
Termangu ku sang perindu
Kekasih tak jua kunjung bertemu
Pohon jambu tetanggaku ditebang
Sekarang ku merasa ada yang hilang
Di cabang terbesar kedua
Sambil menyisir rambutnya yang panjang
Seorang perempuan gemar tertawa
Pohon jambu tetanggaku ditebang
Ku melihat di bulan.
Perempuan menyisir rambutnya
Depok 0804
Pohon jambu tetanggaku ditebang
Sekarang ku dapat melihat bulan
Di ujung teras depan
Termangu ku sang perindu
Kekasih tak jua kunjung bertemu
Pohon jambu tetanggaku ditebang
Sekarang ku merasa ada yang hilang
Di cabang terbesar kedua
Sambil menyisir rambutnya yang panjang
Seorang perempuan gemar tertawa
Pohon jambu tetanggaku ditebang
Ku melihat di bulan.
Perempuan menyisir rambutnya
Depok 0804
CERPEN
INSTALASI GAWAT DARURAT
Malam-malam setelah lebaran, Instalasi Gawat Darurat. Sum menangis tersedu. Suamiku, katanya, tergolek tak berdaya. Menahan sakit di pundak dan lengan kanannya
Tak dinyana, Lebaran berbuah petaka. Ketupat, emping melinjo, opor ayam, sambal goreng ati, ampela, petai, sayur buncis nikmat tiada tara
Malam takbir adikku mengirim masakan, ceritanya. Alangkah nikmatnya. Buka puasa, tanpa menunggu esok, masakan disantapnya. Alangkah nikmatnya. Salah satu kebahagiaan orang berpuasa. Sebelum berjumpa Yang Maha Kuasa tentunya.
Beduk bertalu dan perut suaminya pun begitu. Santap saja, tadi hari terakhir puasa. Alangkah nikmatnya.
Malam takbir berlalu, sholat Iedpun ditunaikan. Sepulang dari lapangan santap lagi ketupat, emping melinjo, opor ayam, sambal goreng ati, ampela, petai, sayur buncis nikmat tiada tara.
Tiba saatnya, sore, tubuh suamiku mengelejat. Terkapar di tempat tidur menahan sakit. Tiada tara. Tergopoh-gopoh malamnya kubawa dia ke Instalasi Gawat Darurat.
Bu, suami ibu terkena asam urat. Sementara saya akan memberikan penghilang rasa sakit, kata Bu Dokter. Apa itu, Tanya Sum. Saya akan memasukkan obat lewat anus suami Ibu.
Astaga. Anus suamiku akan dimasuki obat. Oleh Bu Dokter. Obat macam apa.
Malam-malam setelah lebaran, Instalasi Gawat Darurat. Sum menangis tersedu. Suamiku, anusnya dimasuki obat. Oleh Bu Dokter. Aku tak dapat membayangkannya.
Alangkah....
Bogor, 1008
Malam-malam setelah lebaran, Instalasi Gawat Darurat. Sum menangis tersedu. Suamiku, katanya, tergolek tak berdaya. Menahan sakit di pundak dan lengan kanannya
Tak dinyana, Lebaran berbuah petaka. Ketupat, emping melinjo, opor ayam, sambal goreng ati, ampela, petai, sayur buncis nikmat tiada tara
Malam takbir adikku mengirim masakan, ceritanya. Alangkah nikmatnya. Buka puasa, tanpa menunggu esok, masakan disantapnya. Alangkah nikmatnya. Salah satu kebahagiaan orang berpuasa. Sebelum berjumpa Yang Maha Kuasa tentunya.
Beduk bertalu dan perut suaminya pun begitu. Santap saja, tadi hari terakhir puasa. Alangkah nikmatnya.
Malam takbir berlalu, sholat Iedpun ditunaikan. Sepulang dari lapangan santap lagi ketupat, emping melinjo, opor ayam, sambal goreng ati, ampela, petai, sayur buncis nikmat tiada tara.
Tiba saatnya, sore, tubuh suamiku mengelejat. Terkapar di tempat tidur menahan sakit. Tiada tara. Tergopoh-gopoh malamnya kubawa dia ke Instalasi Gawat Darurat.
Bu, suami ibu terkena asam urat. Sementara saya akan memberikan penghilang rasa sakit, kata Bu Dokter. Apa itu, Tanya Sum. Saya akan memasukkan obat lewat anus suami Ibu.
Astaga. Anus suamiku akan dimasuki obat. Oleh Bu Dokter. Obat macam apa.
Malam-malam setelah lebaran, Instalasi Gawat Darurat. Sum menangis tersedu. Suamiku, anusnya dimasuki obat. Oleh Bu Dokter. Aku tak dapat membayangkannya.
Alangkah....
Bogor, 1008
Rabu, 15 Oktober 2008
CELOTEH
LASKAR PELANGI ; MOMENTUM UNTUK SEBUAH CITA-CITA BESAR
Sebuah karya film anak bangsa yang sedang menjadi pembicaraan akhir-akhir ini adalah LASKAR PELANGI. Film yang dibesut oleh Riri Riza berdasarkan sebuah Novel laris karya Andrea “ Ikal “ Hirata. Film itu menceritakan sebuah cita-cita besar dari rakyat kecil Pulau Belitong yang terpinggirkan oleh “pekerjaan besar” sebuah perusahaan tambang di pulau itu. Film dan Novel yang menurut penulisnya sebagian besar adalah kisah nyata.
Pada cerita pada Film dan Novel Laskar Pelangi dikisahkan betapa sebuah komunitas rakyat kecil yang berlindung di bawah atap sebuah sekolah reyot SD MUHAMMADIYAH mencoba bertahan dengan apa yang ada. Sambil terus mengais nafas yang kian lama kian menjepit.
Di sini tampaklah bagi kita betapa daya hidup rakyat kecil yang terpinggirkan begitu besar dan kuat. Meski mereka tampaknya tak bakal hidup dengan kondisi yang ada, terbukti bahwa mereka menggeliat dan berusaha tetap hidup. Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah yang membuat mereka begitu. Jawabannya sebagian ada pada cerita Laskar Pelangi. Jawaban itu adalah ; cita-cita yang besar.
Terbukti, cita-cita besar adalah milik rakyat kecil. Rakyat kecil memandang dunia adalah besar. Sebagian mungkin menganggap dunia besar adalah tak terjangkau. Lalu selalu hidup dalam keterbatasan. Namun tak kurang yang menganggap dunia besar, meski jauh, harus diraih walaupun dengan tangan yang ringkih. Oleh karenanya, rakyat kecil tetap hidup meski hanya dengan cita-citanya.
Sebaliknya, orang besar tak punya cita-cita besar. Karena mereka telah menganggap dunia telah ada di tangan mereka. Dunia telah selesai. Maka mereka lebih sibuk menguras dan terus menguras lalu menghambur-hamburkannya. Padahal, seperti pesan dalam Laskar Pelangi, hidup harus selalu memberi. Bagaimana bila seseorang yang seharusnya memberi malah terus-menerus meminta. Memaksa pula. Yang terjadi adalah runtuhnya sebuah hegemoni yang dibangun oleh ambisi dan keserakahan. Sudah banyak contohnya. Bahkan yang paling mutakhir sekalipun.
Cita-cita besar itu kini telah ditampakkan secara nyata oleh Laskar Pelangi. Dulu, negeri ini merdeka oleh karena sebuah cita-cita besar. Seharusnya cita-cita itu terus dipelihara, mengingat negeri ini masih terus terpuruk dan dipandang sebelah mata oleh negeri-negeri tetangga. Kini saatnya cita-cita besar itu harus diraih. Setidaknya, Film Laskar Pelangi adalah sebuah cita-cita besar dari kualitas sebuah film yang dapat dibanggakan oleh Negeri yang bernama Indonesia.
Bogor 1008
Sebuah karya film anak bangsa yang sedang menjadi pembicaraan akhir-akhir ini adalah LASKAR PELANGI. Film yang dibesut oleh Riri Riza berdasarkan sebuah Novel laris karya Andrea “ Ikal “ Hirata. Film itu menceritakan sebuah cita-cita besar dari rakyat kecil Pulau Belitong yang terpinggirkan oleh “pekerjaan besar” sebuah perusahaan tambang di pulau itu. Film dan Novel yang menurut penulisnya sebagian besar adalah kisah nyata.
Pada cerita pada Film dan Novel Laskar Pelangi dikisahkan betapa sebuah komunitas rakyat kecil yang berlindung di bawah atap sebuah sekolah reyot SD MUHAMMADIYAH mencoba bertahan dengan apa yang ada. Sambil terus mengais nafas yang kian lama kian menjepit.
Di sini tampaklah bagi kita betapa daya hidup rakyat kecil yang terpinggirkan begitu besar dan kuat. Meski mereka tampaknya tak bakal hidup dengan kondisi yang ada, terbukti bahwa mereka menggeliat dan berusaha tetap hidup. Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah yang membuat mereka begitu. Jawabannya sebagian ada pada cerita Laskar Pelangi. Jawaban itu adalah ; cita-cita yang besar.
Terbukti, cita-cita besar adalah milik rakyat kecil. Rakyat kecil memandang dunia adalah besar. Sebagian mungkin menganggap dunia besar adalah tak terjangkau. Lalu selalu hidup dalam keterbatasan. Namun tak kurang yang menganggap dunia besar, meski jauh, harus diraih walaupun dengan tangan yang ringkih. Oleh karenanya, rakyat kecil tetap hidup meski hanya dengan cita-citanya.
Sebaliknya, orang besar tak punya cita-cita besar. Karena mereka telah menganggap dunia telah ada di tangan mereka. Dunia telah selesai. Maka mereka lebih sibuk menguras dan terus menguras lalu menghambur-hamburkannya. Padahal, seperti pesan dalam Laskar Pelangi, hidup harus selalu memberi. Bagaimana bila seseorang yang seharusnya memberi malah terus-menerus meminta. Memaksa pula. Yang terjadi adalah runtuhnya sebuah hegemoni yang dibangun oleh ambisi dan keserakahan. Sudah banyak contohnya. Bahkan yang paling mutakhir sekalipun.
Cita-cita besar itu kini telah ditampakkan secara nyata oleh Laskar Pelangi. Dulu, negeri ini merdeka oleh karena sebuah cita-cita besar. Seharusnya cita-cita itu terus dipelihara, mengingat negeri ini masih terus terpuruk dan dipandang sebelah mata oleh negeri-negeri tetangga. Kini saatnya cita-cita besar itu harus diraih. Setidaknya, Film Laskar Pelangi adalah sebuah cita-cita besar dari kualitas sebuah film yang dapat dibanggakan oleh Negeri yang bernama Indonesia.
Bogor 1008
Senin, 13 Oktober 2008
PUISI
YA AKU JATUH CINTA
Kau dengarkah
Degub jantung membelah
Rerumputan
Desir darah menyelam
Kolam teratai
Hatiku menyerah
Pasrah pada cinta yang menjemput
Biarkan kulakukan
Demi waktu yang selalu tertunda
Untuk berjuta alasan
Tak kan ku tolak
Tak kan ku tolak
Tak rela bila
Bulan kembali terserak
Jangan pergi
Ku akan berlari
Bogor 1008
Kau dengarkah
Degub jantung membelah
Rerumputan
Desir darah menyelam
Kolam teratai
Hatiku menyerah
Pasrah pada cinta yang menjemput
Biarkan kulakukan
Demi waktu yang selalu tertunda
Untuk berjuta alasan
Tak kan ku tolak
Tak kan ku tolak
Tak rela bila
Bulan kembali terserak
Jangan pergi
Ku akan berlari
Bogor 1008
Kamis, 09 Oktober 2008
PUISI
TAMAN, CINTA
Ketapang gugur daunnya demi pucuk baru
Yang segera merindangi hatimu
Dari panas dan hujan
Bogor, 0808
Ketapang gugur daunnya demi pucuk baru
Yang segera merindangi hatimu
Dari panas dan hujan
Bogor, 0808
GEGURITAN
MBURU PEDHET UCUL
Bingunge wong sak pasar bingunge pedhet ucul
Nerak rombong kobong nerak brambang pirang-pirang
Juadah sak tampah kutah njempalik mblader menyang ratan.
Ratan gemrubuh wong nggurak pedhet ucul
Brang lor brang kidul
Pedhet bingung ora dunung
Wong sak pasar mburu nyrimpung
Bogor 0809
Bingunge wong sak pasar bingunge pedhet ucul
Nerak rombong kobong nerak brambang pirang-pirang
Juadah sak tampah kutah njempalik mblader menyang ratan.
Ratan gemrubuh wong nggurak pedhet ucul
Brang lor brang kidul
Pedhet bingung ora dunung
Wong sak pasar mburu nyrimpung
Bogor 0809
PUISI
KALAU SAJAK TAK HINGGAP DI HATIMU
Kalau sajak tak hinggap di hatimu
Mudah-mudahan musim depan
Migrasi ke sarangmu
Bogor 0108
Kalau sajak tak hinggap di hatimu
Mudah-mudahan musim depan
Migrasi ke sarangmu
Bogor 0108
Langganan:
Postingan (Atom)