SELAYANG BAYANG

SELAMAT DATANG

adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.

Senin, 28 November 2011

PUISI


NEGERI FANTASI


Pantai berpasir putih memanjang
Ombak berdebur mengirim fantasiku
Pada rumah tepi tebing berpagar alang-alang
Berdirimu di sana memandang cakrawala

Lembut matahari menyapa rambutmu
Titian nan lurus tiada bergelombang
Wangi angin masa lampau
Jenjang kaki menari-nari

Melompatlah lompat di atas ombak
Susul menyusul memagut pantai
Pasir tergerus terbawa arus
Mengayun, menyisir berdesir-desir

Uh, pantai negeri fantasi
Samudra tiada batas
Langit biru tegak berdiri
Jangan bangunkan aku dari mimpi




Bogor, 1111

Selasa, 15 November 2011

PUISI


HARI SENIN, SEBUAH SIANG YANG TERIK


Di antara berlapis-lapis jeruji besi
Lorong-lorong yang berujung entah di mana
Bilakah Tuhan hadir lewat selembar sajadah kumal
Tertenteng oleh tangan yang pernah berlumur darah
Dan pikiran-pikiran yang masih tertanam seringai serigala

Ah, Dia Maha Baik, katamu
Dan lafadz agung itu terbang bersama kepulan asap rokok
Yang mungkin kau harap sampai ke ujung langit

Ah, sebuah logika yang kacau, kataku




BOGOR, 1111

Rabu, 09 November 2011

PUISI


SEPI


Dalam sepi aku bisa mendengar dengan jernih
Bahkan hingga sampai ke dasar hati mu

Dalam sepi aku bisa melihat dengan jelas
Bahkan hingga sampai di ujung kabut mu

Dalam sepi aku bisa berbicara pada mu
Tanpa interupsi




KUTA, Bali 1111

Senin, 07 November 2011

OLEH-OLEH




KUTA BERCERITA


Saya pertama kali mengunjungi pantai ini sekitar tahun 1983. Pertama kali saya mengunjungi Bali dan pertama kali pula saya mengunjungi sebuah pantai yang besar. Waktu itu saya diajak Om dengan naik motor. Untuk masuk ke kawasan pantai kami harus melewati jalan setapak yang di kiri kanan terdapat alang-alang, pohon pandan duri dan semak-semak yang tinggi. Tepi pantai Kuta waktu itu banyak ditumbuhi pohon waru.



Terakhir, Minggu kemarin saya datang kembali. Tentu saja pantai sudah berubah banyak. Tapi kedatangan saya kali ini agak istimewa. Karena terus terang saya sedang merindukannya. Saya terakhir mengunjungi sebelum Minggu kemarin adalah tahun 1998. Dan kerinduan saya tuntas sudah

Entah kenapa di pantai ini saya ingin selalu berdiam diri. Bermeditasi mendengarkan suara ombak. Saya merasa tempat ini ombaknya selalu berusaha bercerita. Saya sendiri tak tahu apa yang diceritakannya, tapi saya merasa dia sedang berkata-kata, berbicara. Saya tak mengerti bahasanya tapi saya  merasa akrab. Selanjutnya adalah perasaan tenang dalam diri yang ada.
Tapi kedatangan saya kemarin ada sesuatu yang menarik. Ketika saya menenangkan diri menghadap laut saya dihampiri oleh seorang turis laki-laki yang tinggi besar. Dia menyapa saya sedang apa. Saya bilang saya sedang mendengarkan laut. “Kamu mendengarkan ombak ?” Tanyanya.

Saya mengangguk.

“Kamu memandangi cakrawala ?” Tanyanya lagi.

Saya mengiyakan. Dia tersenyum.

Lalu dia berkata, “Mereka datang entah dari mana dan pergi entah ke mana. Cakrawala nampak begitu dekat namun kita tak pernah dapat menjangkaunya.” 

Giliran saya yang tersenyum

Lalu kami terlibat perbincangan basa-basi saling menanyakan asal-usul, pekerjaan dan lain-lain. Baru saya tahu, dia turis berasal dari Jerman.

Tiba saat kami berpisah dia berpesan, “anak, istri, dunia kamu mungkin suatu saat dapat meninggalkan kamu. Maka lepaskanlah semua beban dan pikiran. Karena mereka semua telah ada di hati kamu. Tak kan pernah pergi ke mana-mana. Seperti pantai yang ombaknya datang dan pergi tapi mereka selalu ada. Seperti Cakrawala yang dekat namun tak dapat dijangkau.”

Saya terdiam, tersenyum lalu mengucapkan terima kasih atas pesan-pesannya itu. Setelah itu kamipun berpisah.

















KUTA, BALI 1111

Kamis, 03 November 2011

PUISI


MELATA


Malam membungkus embun
Embun membungkus daun
Daun membungkus pohon
Pohon menaungi tanah
Tiada mata gelap semata
Naluri melata
Menyuruk di kegelapan
Tiada angin tiada cahaya
Merasa embun
Merasa daun
Merasa tajuk pepohonan
Hening menaungi
Malam melata


Bogor 1111