KUTA BERCERITA
Saya pertama kali mengunjungi pantai ini sekitar tahun 1983.
Pertama kali saya mengunjungi Bali dan pertama kali pula saya mengunjungi
sebuah pantai yang besar. Waktu itu saya diajak Om dengan naik motor. Untuk
masuk ke kawasan pantai kami harus melewati jalan setapak yang di kiri kanan
terdapat alang-alang, pohon pandan duri dan semak-semak yang tinggi. Tepi
pantai Kuta waktu itu banyak ditumbuhi pohon waru.
Terakhir, Minggu kemarin saya datang kembali. Tentu saja pantai sudah berubah banyak. Tapi kedatangan saya kali ini agak istimewa. Karena terus terang saya sedang merindukannya. Saya terakhir mengunjungi sebelum Minggu kemarin adalah tahun 1998. Dan kerinduan saya tuntas sudah
Entah kenapa di pantai ini saya ingin selalu berdiam diri.
Bermeditasi mendengarkan suara ombak. Saya merasa tempat ini ombaknya selalu
berusaha bercerita. Saya sendiri tak tahu apa yang diceritakannya, tapi saya
merasa dia sedang berkata-kata, berbicara. Saya tak mengerti bahasanya tapi
saya merasa akrab. Selanjutnya
adalah perasaan tenang dalam diri yang ada.
Tapi kedatangan saya kemarin ada sesuatu yang menarik.
Ketika saya menenangkan diri menghadap laut saya dihampiri oleh seorang turis
laki-laki yang tinggi besar. Dia menyapa saya sedang apa. Saya bilang saya sedang
mendengarkan laut. “Kamu mendengarkan ombak ?” Tanyanya.
Saya mengangguk.
Saya mengiyakan. Dia tersenyum.
Lalu dia berkata, “Mereka datang entah dari mana dan pergi
entah ke mana. Cakrawala nampak begitu dekat namun kita tak pernah dapat
menjangkaunya.”
Giliran saya yang tersenyum
Lalu kami terlibat perbincangan basa-basi saling menanyakan
asal-usul, pekerjaan dan lain-lain. Baru saya tahu, dia turis berasal dari
Jerman.
Tiba saat kami berpisah dia berpesan, “anak, istri, dunia kamu mungkin suatu saat dapat meninggalkan kamu. Maka lepaskanlah semua beban dan pikiran. Karena mereka semua telah ada di hati kamu. Tak kan pernah pergi ke mana-mana. Seperti pantai yang ombaknya datang dan pergi tapi mereka selalu ada. Seperti Cakrawala yang dekat namun tak dapat dijangkau.”
Saya terdiam, tersenyum lalu mengucapkan terima kasih atas
pesan-pesannya itu. Setelah itu kamipun berpisah.
KUTA, BALI 1111
Itu foto sunset/sunrise diambil/difoto sendiri ya?. mantap sekali...toppp
BalasHapusBetul Mas Furqon. Kebetulan saya sendiri juga senang memotret. Terima kasih sudah mampir dan mengapresiasi :)
BalasHapus