SELAYANG BAYANG

SELAMAT DATANG

adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.

Rabu, 29 Juni 2011

PUISI

BIARKAN


Kini biarkan aku
Tertidur dalam biru
Bersembunyi di lipatan
Bebukit
Tempat pulang kabut
Dan dingin angin

Peluk ku



Batu, 0611


PUISI

DI SINI


Di sini
Dasar wadag kasar
Tempat bersemayam
Nafsu bertahta
Melata tersuruk-suruk
Tanpa cahaya

O Bangkitkan
Poros tubuh
Keseimbangan
Ubun-ubun langit
Raga berpendar

O Bangkitkan



Batu, ( rajab ) 0611




Senin, 27 Juni 2011

OLEH-OLEH

ANAK-ANAK SEKITAR PEMAKAMAN TEMBOK, SURABAYA



Dalam pulang kampung ke Surabaya, saya selalu menyempatkan berkunjung ke makam keluarga besar bapak di Pemakaman Umum Tembok. Setiap kali ke sana sejak dari pintu gerbang selalu diikuti oleh anak-anak yang menawarkan jasa membersihkan area makam. Anak-anak ini bermodal arit, sapu lidi dan tentu saja tenaga mereka demi beberapa lembar uang seribuan. Tapi saya tak memanfaatkan tenaga mereka karena makam keluarga bapak sudah ada yang menjaga. Kali ini mereka saya daulat saja untuk berpose di depan kamera. Tak lupa saya berikan sedikit imbalan sebagai bentuk rasa terima kasih karena telah menjadi “model” saya.



Surabaya, 0611

Minggu, 12 Juni 2011

PUISI


HENING

Dalam hening
Warna-warni cahaya menggoda mata
Berpendar pendar hilang dan timbul

Dalam perjalanan
Hanya ada satu yang dituju
Tiada warna-warni tanpa cahaya


BOGOR 0611


Rabu, 08 Juni 2011

OLEH-OLEH

PAKU TANAH JAWA

Terus terang, bagi saya, naik pesawat terbang adalah sesuatu yang mewah. Sampai kini saya naik burung besi itu belumlah genap sejumlah jari yang ada di ke dua tangan saya. Saya naik pesawat terbang hanya karena sebuah pekerjaan yang harus saya tempuh dengan moda transportasi itu atau hanya hal-hal mendesak yang harus menggunakannya untuk mempersingkat waktu. Selebihnya, karena alasan lebih murah, saya lebih sering menempuh jalan darat.

Suatu hari di tahun 2003 saya harus terbang dari Surabaya ke Jakarta karena mendapat kabar anak saya masuk rumah sakit mendadak. Maka, pagi hari terang tanah saya terbanglah untuk pertama kali. Pesawat lepas landas dalam cuaca yang cerah. Di balik jendela saya tertegun melihat pemandangan di bawah sana.

G. Arjuno -Welirang
Yang pertama kali saya perhatikan adalah Gunung Arjuno – Welirang dan Penanggungan. Mereka bertiga seperti sebuah keluarga. Bapak dan Ibu Arjuno-Welirang dan memangku seorang anak Penanggungan. Selanjutnya terus bergerak ke Barat. Maka otak saya pun memutar kembali pelajaran peta buta sewaktu SD. Saya mencoba mengidentifikasi penanda-penanda di bawah sana. Dalam hal ini gunung-gunung yang menjulang ke langit. Saya mencoba mengingat-ingat kembali gunung-gunung apakah yang terlihat berjajar di tanah Jawa dari Timur ke Barat ( minus Gunung Semeru karena tak terlihat ) itu. Ini mungkin sedikit yang dari saya ingat, atau boleh jadi menebak-nebak : Arjuno-Welirang-Penanggungan, Wilis, Lawu, Merapi, Sindoro-Sumbing-Slamet, Ciremai, Gede – Pangrango - Salak.

Lalu saya pun teringat sebuah legenda tentang asal-usul jajaran gunung di tanah Jawa. Dikisahkan, Pulau Jawa pada jaman dahulu kala adalah sebuah pulau yang terombang-ambing di tengah samudra. Para Dewa memutuskan untuk memaku Tanah Jawa dengan gunung yang besar di India. Gunung Meru. Maka Dewa Wisnu merubah dirinya menjadi kura-kura untuk menggendong gunung itu dan Dewa Brahma berubah menjadi ular untuk membelit gunung agar tidak lepas.

Karena beratnya gunung itu berceceran dari barat menuju timur pulau Jawa. Dan puncak Meru itu akhirnya ditancapkan di sisi Timur pulau Jawa. Yang sekarang bernama gunung Semeru dengan puncaknya yang bernama Mahameru.

Sayang pada saat itu saya tak dapat mengabadikan pemandangan yang menakjubkan itu. Saya hanya dapat mengagumi dan jadi merasa sangat kecil dibanding dengan alam semesta nan maha luas ini. Juga dihadapan Sang Hyang Pencipta.

Beberapa hari lalu saya mendapat kesempatan ke dua. Saya terbang kembali dari Surabaya ke Jakarta. Ini juga karena harus mempersingkat waktu agar saya sampai secepatnya di Jakarta untuk sebuah pekerjaan. Dan kebetulan pula karena kehabisan tiket kereta sehari sebelumnya. Tanpa saya sia-siakan kesempatan ini, saya abadikan  pemandangan yang pernah membuat saya terkagum-kagum. Sayang, cuaca mendung tebal. Tak semua gunung yang pernah saya lihat sebelumnya menampakkan dirinya.


Bogor 0611

G. Arjuno-Welirang dan Penanggungan



 
G. Lawu




G. Wilis




G. Merapi