PERBINCANGAN TERPUTUS
; WP dalam kenangan
Kukenang tubuh permaimu. Oleh karena aku seorang laki-laki. Dan kau pergi. Mungkin kini kau di sana menertawaiku. Di balik kabut yang kelak kujelang jua. Karena dunia memang bukan apa-apa. Tapi terima kasih saat kau ada telah membuatku tertawa. Sebuah perbincangan yang terputus yang akan kukenang. Karena kegagapanku.
Kita, dari bukan sesiapa kembali ke bukan sesiapa
BOGOR 0810
SELAYANG BAYANG
SELAMAT DATANG
adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.
Senin, 30 Agustus 2010
Sabtu, 28 Agustus 2010
CELOTEH
PUISI SAYA PADA MULANYA
Sungguh tak menyangka bahwa akhirnya saya terlibat dalam puisi. Sebuah rangkaian kata yang indah, diindah-indahkan atau diniatkan untuk indah. Jadi, rangkaian kata yang tidak indah, bukanlah puisi.
Sampai SMP saya tidak suka dengan puisi. Kerena menurut saya waktu itu, puisi adalah rangkaian kata-kata yang sia-sia. Hanya ungkapan perasaan yang dilebih-lebihkan. Atau hanya ungkapan kata-kata yang ditujukan untuk merayu perempuan.
Namun hal itu berubah semua ketika saya ketika SMA kelas II mendapat tugas membuat puisi oleh Guru Bahasa Indonesia. Waktu itu sampai dipanggil ke ruang guru untuk mempertanggungjawabkan bahwa puisi yang saya bikin bukanlah plagiat. Menjiplak karya orang lain.
Saya pun kemudian berpikir, saya tak suka puisi, bahkan malas membaca puisi, tapi pernah dituduh menjiplak puisi. Bisa jadi juga memang saya menjiplak. Tapi saya memang tak melakukan itu. Hingga akhirnyapun sadar, puisi sesungguhnya sudah hadir di pikiran saya sejak lama. Saya memang suka menulis perasaan, pendapat saya akan sesuatu di buku harian. Tak sadar sudah merangkai kata-kata indah di sana.
Ketika mulai kuliah Seni Rupa di Institut Kesenian Jakarta, saya mulai berakrab-akrab dengan puisi. Karena lingkungan kuliah yang mendukung untuk mengenal lebih jauh ke dunia seni. Seni Rupa dan Sastra khususnya. Saat itulah saya mendapat ruh dari bermacam-macam puisi dsengan segala bentuknya yang dibacakan di setiap perhelatan di Taman Ismail Marzuki.
Dari sanalah saya berpendapat bahwa ternyata puisi sudah ada pada diri saya ketika saya bernyanyi. Saya waktu SD kelas 2 adalah juara nyanyi tingkat Kodya Surabaya. Akhir 70 awal 80an beberapa kali mengisi acara Ayo Menyanyi di TVRI Surabaya. Puisi ternyata juga sudah hadir ketika saya bermain dengan nyanyian anak kampung :
“ Tri ala gotri nogosari, Tiwul owal awul jenang gatul, Titenono mbesok gedhe dadi opo, Podang mbako enak mbako sedap, Dangkok engkak engkok dadi kodok “
Maka Puisi dalam pandangan saya sekarang adalah sebuah rangkaian kata-kata indah yang dibentuk dari pemilihan kata yang membentuk sebuah harmoni bunyi. Jadi puisi harus bisa dibunyikan, disuarakan. Yang mungkin sebagai ungkapan perasaan, mungkin sebuah kisah, mungkin juga bukan apa-apa.
Jadi ternyata puisi adalah Pantun, Dendang, Uro-uro, Rengeng-rengeng, Mocopatan, Parikan, Kidungan, Nyanyi dolanan anak yang sudah saya kenal sejak masa kanak-kanak. Maka berasyik masyuklah saya sekarang dengan puisi.
Bogor, 0810
Jumat, 27 Agustus 2010
PUISI
DI ANTARA DUA WAKTU
Di antara dua waktu
Lembayung timur dan barat
Kau pinta ku menepati janji
Dua kekasih hendak bertemu
Di antara dua waktu
Garba merah dan hitam tanah
Bertarungku dalam dirimu
Pecinta yang terluka
Di antara dua waktu
Isi dan kosong
Diamku raihmu
Puncak-puncak nirwana
Di antara dua waktu
Yang terukur dan tak
Tertatihku terlunta lunta
Tiadakan diri nuju cahyamu
Bogor 0810
Di antara dua waktu
Lembayung timur dan barat
Kau pinta ku menepati janji
Dua kekasih hendak bertemu
Di antara dua waktu
Garba merah dan hitam tanah
Bertarungku dalam dirimu
Pecinta yang terluka
Di antara dua waktu
Isi dan kosong
Diamku raihmu
Puncak-puncak nirwana
Di antara dua waktu
Yang terukur dan tak
Tertatihku terlunta lunta
Tiadakan diri nuju cahyamu
Bogor 0810
OLEH-OLEH
MASJID AGUNG SUNAN AMPEL, SURABAYA
Di masa kecil dulu sewaktu masih tinggal di Surabaya, di awal Ramadhan, Bapak ( alm ) selalu mengajak saya ke Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya. Di sana kami melaksanakan sholat Ashar, berkunjung ke kompleks makam, berjalan-jalan di teduh koridor yang di kiri kanannya terdapat penjual bermacam-macam benda kelengkapan ibadah, dan hal-hal yang berbau budaya Arab atau Timur Tengah. Sambil berjalan itu, dia bercerita tentang siapa Sunan Ampel dan penyebaran agama Islam pertama di tanah Jawa.
Setelah tidak tinggal lagi di Surabaya beberapa kali saya sempatkan, masih di awal Ramadhan, untuk mendatanginya kembali. Menapak tilasi kenangan bersama Bapak ( alm ) dan tanpa terasa terngiang kembali kisah Sunan Ampel dan ajaran-ajarannya.
Awal Ramadhan 2010 ini saya berkunjung kembali. Setelah beberapa kali, karena kesibukkan, tak sempat mengunjungi.
Bogor 0810
Langganan:
Postingan (Atom)