IJINKAN AKU MENCATAT NAMA BESARMU DI CATATAN KECILKU
Sebuah pembicaraan kecil bersama Ibu, tentang dirimu, yang akan selalu kuingat sepanjang hidupku. Di sebuah beranda rumah kecil yang disampingnya terdapat pot-pot bunga anggrek yang tampak agak terlantar.
IBU : Kowe ngerti ra jenenge tanduran iki ? ( kamu tau nggak nama tanaman ini )
Kata Ibu sambil menunjuk sebuah tanaman di dalam pot yang diletakkan di tembok rendah pembatas teras.
Wah kupikir ibu sedang menge-tes pengetahuanku tentang tanaman. Mengingat aku sedang mendesain taman di halaman rumahnya.
AKU : Ini nama depan latinnya Scheflera, Bu...saya lupa nama kelanjutannya. Tapi orang kita mengenalnya dengan Tanaman Walisongo.
IBU : Jane salah. Sing bener wali iku onok sepuluh ( sebetulnya salah. Yang bener wali itu ada sepuluh )
Aku terkejut. Rupanya Ibu sedang tidak menge-tes ku tentang nama tanaman. Namun ada pembicaraan tersembunyi dibalik pertanyaannya tadi. Tentu saja aku terheran-heran dengan pernyataannya barusan. Dan mencoba menebak ke arah mana pembicaraan Ibu.
Sebelum aku bertanya lebih lanjut yang pastinya adalah : Siapa wali yang ke sepuluh itu. Namun Ibu sepertinya telah mengetahui apa yang terlintas di pikiranku, beliau langsung berkata :
IBU : Sing kesepuluh iku GUS DUR
Maka meledaklah tawaku dan ibupun tersenyum-senyum.
Malam ini, Rabu, 30 Desember 2009, Pukul 22.15 di tengah kabar bertubi-tubi tentang kepergianmu ke haribaan Illahi, ijinkan aku pada catatan kecil ini menyampaikan rasa penghormatan sebesar-besarnya padamu. Seseorang yang akan kukenang sebagai yang sangat kukagumi. Dan seorang WALI KESEPULUH .
Selamat jalan Gus. Ternyata benar, kita sesungguhnya tak perlu repot-repot.
*Ibu di sini adalah : Yang saya hormati Ibu Sinta Nuriyah Abdurrachman Wahid.
Perbincangan ini terjadi di sekitar tahun 2003
Bogor 1209
Tidak ada komentar:
Posting Komentar