SELAYANG BAYANG

SELAMAT DATANG

adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.

Minggu, 18 Oktober 2009

CELOTEH

MEDITASI JALAN KAKI DUA LANGKAH SATU DETIK

06.22
Jalan Juanda masih lengang. Tepat di tepi pagar Kebun Raya. Akar gantung pohon-pohon besar terburai di atas trotoar yang rapi. Oksigen memenuhi udara. Berpapasan dengan sepasang pejalan kaki sedang aku sendiri. Angin bertiup agak kencang. Matahari memaksa menerobos rapat dedaunan dan akar besar saling bersilang. Tapi di kejauhan dia memandikan sebuah bangunan pertokoan besar Bogor Trade Mall. Meditasi kumulai.

Berjalan dua langkah satu detik. Menghisap hembuskan udara dengan teratur. Riuh angkot hijau saling bersilang berebut penumpang yang berdiri di tepi jalan. Penjual gorengan, dua perempuan muda, keranjang-keranjang penuh dengan talas, keranjang penuh emping mentah, dua orang bapak-bapak jongkok bersandar pagar, merokok. Aku meliuk di antaranya.

Lengang Museum Zoologi, tak demikian dengan di seberang. Deretan angkot hijau dan biru, pedagang sayur mayur, jagung tumpah ke jalan, juga merah ranum wortel. Aku bermeditasi jalan kaki dua langkah satu detik.

Sebuah keluarga dengan satu bayi di gendongan ibunya dan seorang balita di tangan bapaknya menunggu pintu besar Kebun Raya dibuka. Tak kepagiankah, Pak ? Seorang gadis berambut lurus panjang berdiri bersandar di pagar. Tangannya lincah memainkan tombol telpon seluler. Mulutnya menyungging senyuman. Ah, indahnya pagi. Di seberangnya angkot hijau menyesaki jalan ke arah Pasar Bogor. Sebuah truk sampah kuning parkir di tepinya. Matahari menyalak.

Disergap keteduhan. Seperti tangan-tangan raksasa dari dalam Kebun Raya dahan dan ranting memanjang keluar, ke jalanan. Tajuknya rindang memayung. Aku menari di antara pedagang kelinci, marmut, talas, alpukat, suplir, pedagang menaik turunkan karung-karung dari kendaraan. Pada jalan menurun di trotoar yang lembab. Tiba-tiba bau pesing mengepung.

Jalan kembali lengang dan menanjak. Seorang pemuda berdandan ala punk duduk di pagar jembatan sungai Ciliwung. Menatap kosong ke depan. Tampaknya dia baru bangun dari tidurnya. Seorang ibu bergegas menuntun anak perempuan berseragam pramuka. Lebih tampak diseret daripada dituntun. Meditasiku mulai terasa di otot yang bekerja dengan keras. Jantung konstan berhitung.

Tugu Kujang belum padat oleh angkot hijau. Kupikir Pemkot sudah meresmikan pelebaran terminal Baranangsiang hingga ke sini. Terbukti ada pagar beton pemisah antara kendaraan umum yang berhenti dan kendaraan lain yang berjalan. Lebih siang lagi di bawah Tugu ini akan menjadi sebuah terminal kecil. Di sini juga ada sebuah Pos Polisi. Tampak beberapa pemuda ala punk ada di sekelilingnya. Entah sedang apa.

Jalan Pajajaran mulai ramai. Keteduhan pohon-pohon besar tinggi memanjang. Gedung tua IPB yang dingin. Isi buah kapuk berhamburan menari-nari ditiup angin. Bermacam kendaraan kendaraan kejar mengejar memutar hari. Juga di trotoar ini, banyak orang berolah raga pagi. Matahari menjilat jalanan.

Menuruni jalan Jalak Harupat. Kendaraan berpacu di aspal yang mulus, lebar dan lengang. Mengejar hari ini. Begitu juga diriku. Beberapa orang pejalan kaki kususul dan kian jauh tertinggal di belakang. Tapi aku tak mengejar apa-apa.

Tap. Tap. Tap. Dua langkah satu detik. Keringat deras bercucuran. Lapangan Sempur di kejauhan. Flamboyan seberang jalan memayung hingga ke seberang. O Flamboyan manakah bunga-bungamu ?. Seorang laki-laki dengan sebuah sepeda di sampingnya berdiri di jembatan. Memandang ke arah sungai Ciliwung. Ada seorang laki-laki membuang hajat di bawah sana. Di antara babatuan besar. Ah, laki-laki bersepeda, kau tak sedang memperhatikan laki-laki yang sedang membuang hajat itu kan ?

Di ujung jembatan bertemu kembali dengan pasangan pejalan kaki yang tadi kujumpai. Mereka duduk di pagar beton pinggir jembatan. Sang laki-laki menyeka keringat yang bercucuran di kening perempuan. Sang perempuan menunduk. Kecapekan, tampaknya. Dan kulihat perutnya. Dia sedang hamil muda. Langkahku kian menanjak.

Terus melangkah dengan keringat berlelehan. Beberapa sendi kaki mulia ngilu, otot-otot tubuhpun turut menegang. Aroma bunga tanjung menyergap, menguasai hingga tikungan pos jaga Paspampres - Gerbang utama Istana Bogor. Lalu lenyap ditelan hiruk pikur pertigaan Juanda – Sudirman – Jalak Harupat. Angkot menaik turunkan penumpang. Anak-anak sekolah, pekerja, karyawan dan serombongan keluarga yang hendak berwisata di tepi pagar istana. Memberi makan kijang-kijang. Sebuah mobil kijang terbuka semua jendelanya melintas. Dari dalamnya berdebum lagu “Bento” Iwan Fals.

Kembali ke jalan Juanda. Lalu lintas mulai riuh dengan aktifitas penghuni kota. Kijang-kijang mendekat di pagar. Menunggu peziarah menyodorkan wortel atau hijauan. Di kejauhan Istana berkilau berselubung cahaya matahari. Cahaya yang juga menyusur hijau rerumputan. Membentur dan diredam pohon-pohon besar.

Depan Gedung tua SMA 1 bau aspal baru digelar menyergap. Tampak jalanan hitam mengkilat belum banyak terinjak. Beberapa kendaraan pembuat jalan teronggok kelelahan ditepiannya. Mungkin telah bekerja keras semalaman. Berlawanan dengan berpuluh orang karyawan yang sedang menunggu bus jemputan. Tampak segar dan ceria. Menggoda perempuan-perempuan dalam angkot yang melintas pelan.

Menjelang Kantor Pos Besar langkah kuperlambat. Mengendapkan cahaya matahari mengapungkan kesadaran bumi. Meski masih terengah namun muncul kebahagiaan. Tak ada kesadaran tanpa jalan pikiran. “ Tiada pikiran atau dunia untuk disandari, keduanya bereaksi timbal balik”– Zen. Meditasi saatnya kuakhiri. Mereguk sebotol air putih dan kembali bergabung ke alam nyata.
07.14




Bogor 1009

2 komentar:

  1. dapat jawaban dr cerita ini bahwa pohon randu di IPB itu berkembangnya di bulan Oktober ya, thanks infonya ;)

    BalasHapus
  2. sebetulnya pecah buah kapuk randu itu biasanya di pertengahan musim kemarau. antara juli, agustus sampai september. entah kenapa waktu itu oktober masih ada. mungkin sisa-sisanya :)

    BalasHapus