SEBUAH FOTO
Menelisik satu persatu foto, ku berhenti pada gambarmu. Bukan pada wajah nan ayu, tapi sesuatu di belakangmu. Kenangan. Sebuah benih yang dulu kucoba tanam pada lahan subur, kukira dia akan tumbuh membesar. Kuat menjejak tanah. Rindang menaungi. Namun ternyata tak. Benih itu mungkin membusuk. Dimakan cacing, atau mikroba tanah. Karena tak kulihat bangkainya apalagi berkecambah. Namun suatu pagi, foto itu datang padaku. Bukan wajah ayumu. Tapi kenangan. Mengetuk pintu dan membuatku terperanjat ketika kubuka. Dengan wajah kuyu dia berkata, ah rumahmu tak cukup besar untukku, ternyata.
Bogor 0509
SELAYANG BAYANG
SELAMAT DATANG
adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.
Selasa, 26 Mei 2009
Jumat, 15 Mei 2009
PUISI
GEMBIRAKU
Rentang kata mekar merapuh ujung jemari
Menangkup di dada dan kita melekat
Peluk aku, peluk aku
Diam mulut diam kata hati bicara
Bila cinta datang menjemput
Kerandalah kendara
terakhir menuju liangmu
O wangi bunga tabur
O wangi doa-doa
O tiada sedih, tiada tangis
Karna gembiraku
Bogor 0509
Rentang kata mekar merapuh ujung jemari
Menangkup di dada dan kita melekat
Peluk aku, peluk aku
Diam mulut diam kata hati bicara
Bila cinta datang menjemput
Kerandalah kendara
terakhir menuju liangmu
O wangi bunga tabur
O wangi doa-doa
O tiada sedih, tiada tangis
Karna gembiraku
Bogor 0509
Rabu, 13 Mei 2009
PUISI
SEBUAH PERBINCANGAN DI KALA LAUT SURUT
Bisik ketam di tepi laut surut bertanya pada lokan ; hei, tak mendengarkah kau tentang terumbu karang kian memucat. Lokan diam saja. Dia sedang mendengar debur dan siul laut di kejauhan. Yang kelak akan dia sampaikan pada daun telinga anak-anak manusia. Sambil berharap ada sepenggal suara, nyanyi lembut perempuan berambut panjang, berekor ikan. Lagu yang terputus entah kenapa.
Bisik ketam kembali pada lokan yang tetap diam : hei, laut kian mendekat. Aku akan segera lari ke pinggir. Jaga dirimu ya. Sepertinya buih sedang membawa kabar yang tak cukup baik untuk kita.
Bogor 0509
Bisik ketam di tepi laut surut bertanya pada lokan ; hei, tak mendengarkah kau tentang terumbu karang kian memucat. Lokan diam saja. Dia sedang mendengar debur dan siul laut di kejauhan. Yang kelak akan dia sampaikan pada daun telinga anak-anak manusia. Sambil berharap ada sepenggal suara, nyanyi lembut perempuan berambut panjang, berekor ikan. Lagu yang terputus entah kenapa.
Bisik ketam kembali pada lokan yang tetap diam : hei, laut kian mendekat. Aku akan segera lari ke pinggir. Jaga dirimu ya. Sepertinya buih sedang membawa kabar yang tak cukup baik untuk kita.
Bogor 0509
Senin, 11 Mei 2009
PUISI
JANTUNGKU BERNYANYI
Dia datang dari kenangan entah kapan
menghampiriku dengan tangan
menyorong ke dada kiriku
lalu bertanya, apakah aku menyimpan
detak jantungnya
Ku jawab, tidak
aku memendam detak
jantungku sendiri
Lalu dia berbalik, berjalan menjauh
meniti sebuah tali menuju bulan
sambil menyanyikan lagu
sebuah masa yang pernah kukenal
Aku tersentak dan
berteriak, itu dendangku
Dia tak berhenti
bahkan menengokpun tak,
terus berjalan hingga
hinggap di bulan
Kini setiap purnama tiba
di pucat tatap matanya
dalam sepi kudengar jantungku
berdetak menyanyi
Bogor 0509
Dia datang dari kenangan entah kapan
menghampiriku dengan tangan
menyorong ke dada kiriku
lalu bertanya, apakah aku menyimpan
detak jantungnya
Ku jawab, tidak
aku memendam detak
jantungku sendiri
Lalu dia berbalik, berjalan menjauh
meniti sebuah tali menuju bulan
sambil menyanyikan lagu
sebuah masa yang pernah kukenal
Aku tersentak dan
berteriak, itu dendangku
Dia tak berhenti
bahkan menengokpun tak,
terus berjalan hingga
hinggap di bulan
Kini setiap purnama tiba
di pucat tatap matanya
dalam sepi kudengar jantungku
berdetak menyanyi
Bogor 0509
Senin, 04 Mei 2009
PUISI
HATIMU
Biru terang langit
ujung geladak
menjorok ke laut
tepian teluk
Hatimu lebam
Camar menyambar
geliat ikan
bermain di muka air
jernih memandang
Hatimu kusam
Semilir angin
mendesir pasir
membawa asin
tempat yang jauh
Hatimu gelisah
Cinta tak habis
diterpa badai
karena musim
masihlah teduh
Maka bergembiralah
Bogor 0509
Biru terang langit
ujung geladak
menjorok ke laut
tepian teluk
Hatimu lebam
Camar menyambar
geliat ikan
bermain di muka air
jernih memandang
Hatimu kusam
Semilir angin
mendesir pasir
membawa asin
tempat yang jauh
Hatimu gelisah
Cinta tak habis
diterpa badai
karena musim
masihlah teduh
Maka bergembiralah
Bogor 0509
CELOTEH
DADU
Dadu. Kubus berwajah enam itu adalah sebuah permainan kemungkinan. Petaruh dan pelempar tak pernah tahu, angka yang bakal keluar. Dadu, sesungguhnya adalah juga sebuah permainan nasib. Namun pada sebuah epos kita tahu siapa pemenang permainan itu. Nasibpun dapat dipermainkan. Duryudana dengan Patihnya Sengkuni berhasil menipu Yudhistira, entah dengan cara apa mengolah dadu hingga selalu memenangkan mereka. Segala yang dipertaruhkan sulung Pandawa itu berhasil disita Kurawa. Bahkan Drupadi, istri Yudhistira yang menjadi bahan pertaruhan adalah sebuah cerita tragis dari masa ke masa. Permainan itu juga berhasil membuat Pandawa terusir dari kerajaannya selama dua belas tahun.
Dadu adalah sebuah permainan dengan kemungkinan yang seimbang. Meski kadarnya ditentukan oleh besar kecilnya enam angka yang tertera di sana, tapi hasil akhirnya adalah sama. Menang atau kalah. Tapi bagi para pemain profesional, mereka sangat tahu besar atau kecil kadar kemungkinannya. Dan jangan lupa, mereka juga banyak tahu cara mengakalinya.
Hari-hari ini kita sedang terlibat dalam sebuah permainan dadu. Dadu politik yang hendak menentukan nasib bangsa Indonesia ke depan. Entah kita menganalogikan mana dadu, mana angka, mana pemain, mana pelempar, mana petaruh, pada kondisi kita sekarang. Ah, jangan-jangan kita pun mulai bertanya, adakah kita juga bercermin pada kisah besar Mahabarata itu. Yang berakhir pada sebuah perang habis-habisan. Menyisakan penyesalan berlarat-larat seorang Yudhistira bersama seekor anjingnya yang setia. Mudah-mudahan tidak.
Bogor 0509
Dadu. Kubus berwajah enam itu adalah sebuah permainan kemungkinan. Petaruh dan pelempar tak pernah tahu, angka yang bakal keluar. Dadu, sesungguhnya adalah juga sebuah permainan nasib. Namun pada sebuah epos kita tahu siapa pemenang permainan itu. Nasibpun dapat dipermainkan. Duryudana dengan Patihnya Sengkuni berhasil menipu Yudhistira, entah dengan cara apa mengolah dadu hingga selalu memenangkan mereka. Segala yang dipertaruhkan sulung Pandawa itu berhasil disita Kurawa. Bahkan Drupadi, istri Yudhistira yang menjadi bahan pertaruhan adalah sebuah cerita tragis dari masa ke masa. Permainan itu juga berhasil membuat Pandawa terusir dari kerajaannya selama dua belas tahun.
Dadu adalah sebuah permainan dengan kemungkinan yang seimbang. Meski kadarnya ditentukan oleh besar kecilnya enam angka yang tertera di sana, tapi hasil akhirnya adalah sama. Menang atau kalah. Tapi bagi para pemain profesional, mereka sangat tahu besar atau kecil kadar kemungkinannya. Dan jangan lupa, mereka juga banyak tahu cara mengakalinya.
Hari-hari ini kita sedang terlibat dalam sebuah permainan dadu. Dadu politik yang hendak menentukan nasib bangsa Indonesia ke depan. Entah kita menganalogikan mana dadu, mana angka, mana pemain, mana pelempar, mana petaruh, pada kondisi kita sekarang. Ah, jangan-jangan kita pun mulai bertanya, adakah kita juga bercermin pada kisah besar Mahabarata itu. Yang berakhir pada sebuah perang habis-habisan. Menyisakan penyesalan berlarat-larat seorang Yudhistira bersama seekor anjingnya yang setia. Mudah-mudahan tidak.
Bogor 0509
PUISI
ANTRI
Olobis kuntul baris
antri beli sepatu crocks
lima ratus ribu, potong
lima puluh persen
tandas amblas
Olobis kuntul baris
antri be el te
tiga ratus ribu, potong
lima puluh ribu
menangis ikhlas
Olobis kuntul baris
antri batu Ponari
boleh gratis asal
sembuh tanpa harus
buang uang
ke puskemas
Olobis kuntul baris
antri koalisi
hitung-hitung suara
capres, cawapres
ya, ya, ya
Bogor 0409
Olobis kuntul baris
antri beli sepatu crocks
lima ratus ribu, potong
lima puluh persen
tandas amblas
Olobis kuntul baris
antri be el te
tiga ratus ribu, potong
lima puluh ribu
menangis ikhlas
Olobis kuntul baris
antri batu Ponari
boleh gratis asal
sembuh tanpa harus
buang uang
ke puskemas
Olobis kuntul baris
antri koalisi
hitung-hitung suara
capres, cawapres
ya, ya, ya
Bogor 0409
Langganan:
Postingan (Atom)