UNTUK KEKASIH SETIAKU ( III )
Pada sebuah padang lapang
Di naung pohon rindang
Matahari teduh
Sapa angin menggiring awan
yang ekornya menarikan
rambut kecil dekat telingamu
Uh, tak dapat ku menahan gejolak
Kau melirikku, lalu
tersenyum entah pada siapa
Karena kau tak lagi memandangku
Malah ku berpikir kau mencibir
Uh, nafsuku
Ingatkah ketika kau mulai mengejarku, tanyamu lembut
Aku diam tak paham apa yang hendak kau bicarakan
Sedikit dari yang ku ingat, kataku, akhirnya
Ya, tadinya kau hanya mengenal namaku
Aku mengangguk setuju
Sedikitpun tak hirau, meski ku melintas di mata
telinga, ucap, rasa dan pikirmu
Kembali aku mengangguk setuju
Lalu kenapa kau mengejarku, tanyamu
Kubuang pandang pada cakrawala
yang kian melengkung setelah bermilyar
tahun meregang dan membuat lubang-lubang hitam
kuburan matahari penghisap menuju negeri entah
Aku seperti batas langit yang pada saatnya adalah kematian, kataku
Sesungguhnya aku telah mencintaimu sejak dulu, katamu
Tiba tanah lapang pun mengkerut
Hanya tersisa untuk duduk dan pijak
Tajuk pohon melengkung, merengkuh
Aku pun menyusut ke dalam dirimu
Berasyik masyuk di ronggamu
Bogor 0409
Tidak ada komentar:
Posting Komentar