PAKU TANAH JAWA
Terus terang, bagi saya, naik pesawat terbang adalah sesuatu yang mewah. Sampai kini saya naik burung besi itu belumlah genap sejumlah jari yang ada di ke dua tangan saya. Saya naik pesawat terbang hanya karena sebuah pekerjaan yang harus saya tempuh dengan moda transportasi itu atau hanya hal-hal mendesak yang harus menggunakannya untuk mempersingkat waktu. Selebihnya, karena alasan lebih murah, saya lebih sering menempuh jalan darat.
Suatu hari di tahun 2003 saya harus terbang dari Surabaya ke Jakarta karena mendapat kabar anak saya masuk rumah sakit mendadak. Maka, pagi hari terang tanah saya terbanglah untuk pertama kali. Pesawat lepas landas dalam cuaca yang cerah. Di balik jendela saya tertegun melihat pemandangan di bawah sana.
|
G. Arjuno -Welirang |
Yang pertama kali saya perhatikan adalah Gunung Arjuno – Welirang dan Penanggungan. Mereka bertiga seperti sebuah keluarga. Bapak dan Ibu Arjuno-Welirang dan memangku seorang anak Penanggungan. Selanjutnya terus bergerak ke Barat. Maka otak saya pun memutar kembali pelajaran peta buta sewaktu SD. Saya mencoba mengidentifikasi penanda-penanda di bawah sana. Dalam hal ini gunung-gunung yang menjulang ke langit. Saya mencoba mengingat-ingat kembali gunung-gunung apakah yang terlihat berjajar di tanah Jawa dari Timur ke Barat ( minus Gunung Semeru karena tak terlihat ) itu. Ini mungkin sedikit yang dari saya ingat, atau boleh jadi menebak-nebak : Arjuno-Welirang-Penanggungan, Wilis, Lawu, Merapi, Sindoro-Sumbing-Slamet, Ciremai, Gede – Pangrango - Salak.
Lalu saya pun teringat sebuah legenda tentang asal-usul jajaran gunung di tanah Jawa. Dikisahkan, Pulau Jawa pada jaman dahulu kala adalah sebuah pulau yang terombang-ambing di tengah samudra. Para Dewa memutuskan untuk memaku Tanah Jawa dengan gunung yang besar di India. Gunung Meru. Maka Dewa Wisnu merubah dirinya menjadi kura-kura untuk menggendong gunung itu dan Dewa Brahma berubah menjadi ular untuk membelit gunung agar tidak lepas.
Karena beratnya gunung itu berceceran dari barat menuju timur pulau Jawa. Dan puncak Meru itu akhirnya ditancapkan di sisi Timur pulau Jawa. Yang sekarang bernama gunung Semeru dengan puncaknya yang bernama Mahameru.
Sayang pada saat itu saya tak dapat mengabadikan pemandangan yang menakjubkan itu. Saya hanya dapat mengagumi dan jadi merasa sangat kecil dibanding dengan alam semesta nan maha luas ini. Juga dihadapan Sang Hyang Pencipta.
Beberapa hari lalu saya mendapat kesempatan ke dua. Saya terbang kembali dari Surabaya ke Jakarta. Ini juga karena harus mempersingkat waktu agar saya sampai secepatnya di Jakarta untuk sebuah pekerjaan. Dan kebetulan pula karena kehabisan tiket kereta sehari sebelumnya. Tanpa saya sia-siakan kesempatan ini, saya abadikan pemandangan yang pernah membuat saya terkagum-kagum. Sayang, cuaca mendung tebal. Tak semua gunung yang pernah saya lihat sebelumnya menampakkan dirinya.
Bogor 0611
|
G. Arjuno-Welirang dan Penanggungan |
|
G. Lawu |
|
G. Wilis |
|
G. Merapi |