SELAYANG BAYANG

SELAMAT DATANG

adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.

Rabu, 30 Maret 2011

CELOTEH

KSATRIA BERDARAH CAMPURAN  I :

B U R I S R A W A


Dikisahkan dalam Mahabarata, selain permusuhan keluarga Pandawa dan Korawa juga terdapat permusuhan dua keluarga yang lain yakni Somadatta dari bangsa Kuru dan Sini dari bangsa Wesni. Permusuhan itu dikarenakan mereka memperebutkan seorang perempuan bernama Dewaki.

Dalam Mahabarata versi Jawa, Somadatta adalah nama lain dari Prabu Salya. Prabu Salya beranak seorang raksasa yang bernama Burisrawa. Sementara Sini menurunkan Setyaki. Kedua ksatria ini bertemu dalam pertempuran besar di Kurusetra.

Perjalanan hidup Burisrawa sebelum mati di tangan Setyaki adalah tidak mudah. Nasib satria raksasa ini seburuk wajahnya. Dia “dibuang” oleh Bapaknya, Prabu Salya karena malu punya anak buruk rupa. Burisrawa mendapatkan wajah raksasa dari keturunan ibunya, Setyawati. Buriswara pun dipelihara oleh Kurawa yang dipimpin oleh Prabu Duryudana. Karena dipelihara oleh Kurawa maka sifat dan sikapnyapun tak jauh-jauh dari induk semangnya. Tapi pada dasarnya keluarga besarnyapun ketika terjadi perang besar memang memihak Kurawa.

Masih dalam Mahabarata versi Jawa, Burisrawa pernah dipermalukan oleh Sang Penengah Pandawa, Arjuna. Dia dikalahkan oleh Satria Flamboyan itu dalam sayembara memperebutkan Dewi Subadra. Meski Bapak Dewi Subadra, Prabu Baladewa, telah dipengaruhi oleh Duryudana, pengasuh Burisrawa, untuk mempersulit Arjuna dalam mendapatkan putrinya. Prabu Baladewa memberikan syarat-syarat yang rumit kepada Arjuna. Namun satria itu dapat melampaui syarat-syarat tersebut. Dan Arjuna berhasil mempersunting Dewi Subadra.

Kelicikan Burisrawa tercermin dalam sikapnya dalam sebuah pertempuran. Dia dan kawan-kawannya yang dipimpin oleh Jayadrata mengeroyok Abimanyu. Abimanyu adalah Putra Arjuna dan Dewi Subadra. Tercium aroma dendam yang kuat di sana.

Pada hari kematiannya, Burisrawa bertemu dengan musuh bebuyutannya, Setyaki. Permusuhan keluarga pun mencapai puncaknya. Tapi sesungguhnya Setyaki hampir saja terbunuh oleh Burisrawa kalau anak panah Arjuna tak berbicara. Kala itu Arjuna sedang melintas dalam pencariannya terhadap Jayadrata yang mengeroyok Abimanyu. Saat Burisrawa hendak mengayunkan pedangnya ke leher Setyaki yang sedang pingsan, sebuah anak panah Arjuna melesat, menebas putus tangan Burisrawa. Pada saat yang sama Setyaki tersadar dan segera menyusulkan gadanya ke kepala Burisrawa.

Burisrawa adalah cermin seorang anak buangan yang salah asuh. Di tengah percaturan politik dan kekuasaan, sang empunya wajah raksasa itu pun menemukan tabiat aslinya atas asuhan induk semangnya.



Sumber bacaan :
2. Ensiklopedi Tokoh-tokoh Wayang dan Silsilahnya – Mahendra Sutjipto


Bogor 0311




Tidak ada komentar:

Posting Komentar