YAMADIPATI
Melayang tubuhnya
antara bumi dan langit
bersedekap murung berbelit
petir berselimut
awan gelap
Bogor, 0309
SELAYANG BAYANG
SELAMAT DATANG
adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.
Senin, 30 Maret 2009
PUISI
UNTUK KEKASIH SETIAKU ( II )
Menatap bening wajahmu
Telaga diriku berkaca
Kau petik raguku dengan senyummu
Yakinkanku akan tandamu
Dan kitapun berjalan
Bersisian kadang bersinggungan
Ketika dingin kian pekat
Jemari kita saling melekat
Kini lenyap diriku
Sirna pula dirimu
Menjadi satu jiwa
Melanglang semesta
Bogor 0309
Menatap bening wajahmu
Telaga diriku berkaca
Kau petik raguku dengan senyummu
Yakinkanku akan tandamu
Dan kitapun berjalan
Bersisian kadang bersinggungan
Ketika dingin kian pekat
Jemari kita saling melekat
Kini lenyap diriku
Sirna pula dirimu
Menjadi satu jiwa
Melanglang semesta
Bogor 0309
Selasa, 24 Maret 2009
PUISI
KERTAS MENGUNING KUSAM
Sebuah kertas menguning kusam
bertuliskan catatan seorang penyair
tak lagi memedulikan dari mana dia berasal
jajaran hutan pinuskah atau jerami persawahan
Bogor 0309
Sebuah kertas menguning kusam
bertuliskan catatan seorang penyair
tak lagi memedulikan dari mana dia berasal
jajaran hutan pinuskah atau jerami persawahan
Bogor 0309
PUISI
DI BIBIRMU
Di bibirmu ku tatap
lembayung cakrawala
berlarik-larik
luka.
Ku berharap
musim berganti
segera
Bogor 0309
Di bibirmu ku tatap
lembayung cakrawala
berlarik-larik
luka.
Ku berharap
musim berganti
segera
Bogor 0309
Senin, 16 Maret 2009
PUISI
JATI MERANGGAS
Berdiriku hanya beberapa langkah darimu
gerbang tegakan jati meranggas
“Ini waktumukah”
Kau diam tak menjawab
Sebentar lagi akan banyak anak kecil
datang memasukimu dan
bermain-main, bernyanyi-nyanyi
di kedalaman sana hingga
teriakan mereka terdengar
sampai rumah terakhir batas desa
dengan dirimu
Lalu terdengar suara dari arah lain
“jangan terlalu jauh. Nanti kamu tersesat”
teriakan seorang perempuan
Ah, kuyakin kau takkan menyesatkan mereka
“ya kan ?”
Kau tetap diam tak menjawab
Baiklah, sekarang kuputuskan pergi
meninggalkan dirimu yang sedang asyik
meruntuhkan dedaunan demi keseimbangan
dan aku tak mau menjadi pertanyaan
anak-anak yang segera datang kemudian
“bapak siapa ? dari mana ?”
Bogor 0309
Berdiriku hanya beberapa langkah darimu
gerbang tegakan jati meranggas
“Ini waktumukah”
Kau diam tak menjawab
Sebentar lagi akan banyak anak kecil
datang memasukimu dan
bermain-main, bernyanyi-nyanyi
di kedalaman sana hingga
teriakan mereka terdengar
sampai rumah terakhir batas desa
dengan dirimu
Lalu terdengar suara dari arah lain
“jangan terlalu jauh. Nanti kamu tersesat”
teriakan seorang perempuan
Ah, kuyakin kau takkan menyesatkan mereka
“ya kan ?”
Kau tetap diam tak menjawab
Baiklah, sekarang kuputuskan pergi
meninggalkan dirimu yang sedang asyik
meruntuhkan dedaunan demi keseimbangan
dan aku tak mau menjadi pertanyaan
anak-anak yang segera datang kemudian
“bapak siapa ? dari mana ?”
Bogor 0309
Kamis, 12 Maret 2009
PUISI
KU LIHAT MATA ELANG
Ku lihat mata elang
empunya sepasang
kaki-kaki kukuh
bertengger gagah
sebatang ranting pinus
pada pagi menghunus
dingin kabut bersarang
di tepi danau hening
Mata menatap muka air
tanpa riak tanpa kabar
meski angin bertiup
tak dapat memaksa
dedaun pinus bersiul
tapi mampu lenakan
beberapa ekor ikan
dalam danau tenang
mereka bermain
Mata elang menyala
empunya paruh sekeras besi
terkatup kuku setajam
pedang mencengkeram
ranting menggigil
menahan bunyi gemeretak
Maka pada sekian
ribu detak jantungnya
terbanglah elang terbang
melayang tinggalkan
ranting waktu menjadi
pijakan masa lalu
Hilang waktupun hilang
Menyatu jadi sayap mengepak
Mendorong tubuh melesat
susuri sepi rata muka air
Tinggalkan angin tersedu
Meratapi nasib di belakang
Mata elang mata api
Empunya cakar menyergap
Mangsa yang tak lagi sempat
berpikir apakah kecipak
air adalah kabar baik
ataukah kabar buruk
Yang dia tahu adalah
sepasang kaki kukuh
dengan kuku-kuku
belati mencengkeram
nasib dirinya hari ini
telah ditentukan pada
sang mata bola api
Ku lihat mata elang
Lesat terbang menghilang
pada tegakan pinus pagi bisu
Air danau berasap kabut biru
Hening dan tenang
Bogor 0309
Ku lihat mata elang
empunya sepasang
kaki-kaki kukuh
bertengger gagah
sebatang ranting pinus
pada pagi menghunus
dingin kabut bersarang
di tepi danau hening
Mata menatap muka air
tanpa riak tanpa kabar
meski angin bertiup
tak dapat memaksa
dedaun pinus bersiul
tapi mampu lenakan
beberapa ekor ikan
dalam danau tenang
mereka bermain
Mata elang menyala
empunya paruh sekeras besi
terkatup kuku setajam
pedang mencengkeram
ranting menggigil
menahan bunyi gemeretak
Maka pada sekian
ribu detak jantungnya
terbanglah elang terbang
melayang tinggalkan
ranting waktu menjadi
pijakan masa lalu
Hilang waktupun hilang
Menyatu jadi sayap mengepak
Mendorong tubuh melesat
susuri sepi rata muka air
Tinggalkan angin tersedu
Meratapi nasib di belakang
Mata elang mata api
Empunya cakar menyergap
Mangsa yang tak lagi sempat
berpikir apakah kecipak
air adalah kabar baik
ataukah kabar buruk
Yang dia tahu adalah
sepasang kaki kukuh
dengan kuku-kuku
belati mencengkeram
nasib dirinya hari ini
telah ditentukan pada
sang mata bola api
Ku lihat mata elang
Lesat terbang menghilang
pada tegakan pinus pagi bisu
Air danau berasap kabut biru
Hening dan tenang
Bogor 0309
Langganan:
Postingan (Atom)