SELAYANG BAYANG

SELAMAT DATANG

adalah ruang di mana ada kehidupan yang saling menghidupi. Mungkin ada puisi, mungkin ada cerita, mungkin ada renungan atau oleh-oleh kecil atas sebuah perjalanan, mungkin ada imaji, bahkan mungkin sekedar omelan belaka. Suka maupun tak, apabila berkenan, tinggalkan jejak kata.
Apapun, selamat menikmati. Semoga menjadi inspirasi.
Terima kasih telah berkunjung.

Kamis, 03 Januari 2008

CERPEN

Cerpen : PERTEMPURAN BAYANG-BAYANG Hal 1

Sekarang. Ijinkan aku meninggalkanmu.

Sejak langit berwarna abu-abu hingga berubah merah darah. Bukit kapur yang menjadi latar belakang kamipun telah rata runtuh. Puing berserakan dan debunya bergulung, berpusar ke atas. Menghalangi pandangan kami. Sebentar lagi matahari akan tertutup awan debu itu. Kami telah lelah bertempur. Aku terduduk diam di atas batu karang yang tersisa. Dia bersimpuh berjarak di depanku, memunggungiku. Ekspresi wajah perempuan itu tak terlihat. Gembirakah dia, sedihkah dia. Aku sendiri sibuk dengan lelahku.

Ini pertempuran kami untuk kesekian kali. Setiap kali bertemu, kami selalu beradu. Sejauh ini, perkelahian beranjak semakin seru. Awalnya kami buta akan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kamipun bertempur seadanya. Aku datang dengan tangan kosong, demikian pula dia. Lalu kami berkelahi membabi buta.

Sejujurnya, saat itu aku tak terlalu berilmu. Entah dia. Setidaknya aku tak punya pengalaman berkelahi sebelumnya. Dalam pertempuran pertama itu aku menanyakan padanya, adakah dia punya pengalaman berkelahi sebelum denganku. Dia tersenyum dan tanpa kusangka dia menjawab dengan mengeluarkan sebuah tendangan sabit menderu-deru memutar debu. Mataku kelilipan. Katanya, lihat saja, aku akan menikmati perkelahian ini.

“Jadi, kau pernah melakukannya sebelum ini”.

“Tak seserius ini,” katanya. ”Hanya perkelahian pura-pura.”

“Dengan siapa ? musuh-musuhmukah ?”

“Ya, beberapa orang. Bahkan beberapa mungkin kau kenal. Bagaimana denganmu ? ”

“Aku juga berkelahi. Tapi hanya dalam dunia khayalku. Aku belum pernah berkelahi sesungguhnya.”

“Silakan memulai,” pintanya.

Saat itu, dengan cepat kuseret dia ke sebuah lembah. Kuserang dia dengan sebuah tabrakan yang bertenaga. Dia terbang mengerang. Menghantam dinding jurang berlumut. Tubuhnya terkulai sebentar lalu bangkit menatap mataku dalam-dalam. Tiba-tiba dia……
Bersambung hal 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar